1. SADO
Upacara minum teh terdiri dari serangkaian kegiatan yang harus dilakukan dengan presisi
Upacara teh, atau yang dalam bahasa Jepang disebut dengan Sado, merupakan tradisi khas Jepang yang telah dilakukan dari abad ke 9.
Tradisi ini pada dasarnya adalah serangkaian upacara mempersiapkan dan meminum teh, biasanya dilakukan di dalam ruangan teh tradisional berlantai tatami. Selain minum teh, upacara ini juga bertujuan untuk menjamu tamu dengan omotenashi khas Jepang.
Nihon Koki, salah satu teks penting bersejarah Jepang, menceritakan tentang seorang biksu buddha bernama Eichu yang setelah kembali dari China, menyajikan sencha kepada kaisar dengan serangkaian cara yang kini dikenal sebagai Sado.
Meski pada saat awal kemunculannya menggunakan teh jenis sencha, kini orang-orang lebih sering menggunakan jenis matcha.
Upacara ini bukan sekadar upacara minum teh biasa karena diperlukan pemahaman tentang filosofi wabi-sabi. Mereka yang belum pernah melakukan upacara ini juga biasanya dibimbing oleh seorang instruktur resmi untuk memastikan langkah-langkah yang dilakukan sudah benar.
2. MATSURI
Matsuri artinya adalah festival dalam bahasa Jepang. Terdapat begitu banyak festival di Jepang, mulai dari yang diselenggarakan oleh kuil lokal maupun diadakan secara nasional. Kebanyakan dari festival tersebut diselenggarakan setiap tahun untuk menghormati dan mengucapkan syukur kepada dewa atau untuk merayakan kejadian-kejadian seperti tahun baru. Musim festival, seperti pada saat musim gugur dan musim panas, juga merupakan saat di mana turis mancanegara paling banyak mengunjungi Jepang.
Matsuri tidak dapat dipisahkan dengan adanya Mikoshi, sebuah kendaraan miniatur kuil portable yang diarak keliling area pada saat festival. Mikoshi dipercaya merupakan kendaraan yang di atasnya ditempati oleh dewa. Para pemanggul mikoshi menggunakan kostum yang disebut Hanten atau Happi. Mereka akan berjalan mengelilingi area yang telah ditentukan sambil memanggul mikoshi di pundaknya. Ritual ini dipercaya akan menyerap hal buruk, menyucikan, dan menjawab doa orang-orang yang menginginkan panen.
Di dalam matsuri juga biasanya dilakukan Bon Odori, sebuah tarian yang dilakukan pada periode Bon (Juli dan Agustus) dan berasal dari kepercayaan Buddha. Tarian ini bertujuan untuk menghormati leluhur. Terdapat lebih dari 1000 jenis Bon Odori yang ada di Jepang.
3. KOTO
Koto, atau yang juga dikenal sebagai Harpa Jepang, merupakan sebuah instrumen petik yang memiliki sejarah yang detail. Tidak seperti alat musik petik lain yang berasal dari barat seperti biola dan gitar, koto memiliki 13 senar yang dapat mengeluarkan lebih dari 13 bridge. Bahkan ada juga jenis koto yang memiliki lebih dari 20 senar.
Alat musik ini mirip dengan salah satu alat musik dari Cina yang disebut Zheng. Mulai dari suara yang dikeluarkan hingga cara bermainnya pun mirip. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah senar.
4. TAIKO
Sejarah mencatat bahwa masyarakat Jepang pada zaman dahulu mayoritasnya berprofesi sebagai petani. Para petani tersebut akan berdoa kepada dewa seraya bermain sebuah drum yang dinamakan dengan Taiko, dengan tujuan untuk memberi rasa syukur atau menghindari marabahaya.
Pada awalnya, taiko dibawa ke Jepang dari Korea dan China pada abad ke 6 pada periode Kofun. Seiring waktu, alat musik ini semakin dilibatkan dalam beberapa kebudayaan Jepang lain. Taiko kini sering dimainkan pada acara festival lokal dan juga acara berdoa di kuil. Pemainnya biasanya akan memainkan Taiko sembari meneriaki kata-kata penyemangat seiring dengan lagu yang dimainkan. Lalu orang-orang di sekitarnya akan menari mengikuti lantunan lagu tersebut.
5. SANKYOKU
Merupakan satu-satunya instrumen dari Jepang yang dimainkan bersama dengan bow (alat penggesek). Alat musik ini berasal dari China namun dibawa ke Jepang dan kini telah berevolusi sehingga bentuk, suara, dan bahannya sudah berbeda dengan versi awalnya.
Secara tradisional, kokyu merupakan bagian dari sankyoku ensemble yang dimainkan bersamaan dengan alat musik lain. Namun belakangan ini, penggunaannya telah digantikan dengan shakuhachi, instrumen suling khas Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar